Minggu, 20 Desember 2009

SISTEM PERTANIAN NEGARA ISRAEL




Mendengar  nama Negara Israel atau bangsa Yahudi langsung dalam benak kita ada rasa antipati karena dianggap Negara yang jahat dan tidak bersahabat,  namun ternyata setelah saya dan rombongan ke negeri ini ternyata berbanding terbaik  dari yang dibayangkan,  penduduknya ramah dan baik. Satu ketika teman saya tersesat,lepas dari rombongan Ziarah,  kita beranggapan ini berbahaya, ternyata orang Yahudi baik mereka mengantar teman saya kembali ke Hotel  dan diberikan uang taxi sopir Yahudi itu menolak. Jadi menurut saya ada kebencian terhadap bangsa Yahudi akibat pemberitaan media masa yang  tidak netral. Terlepas dari itu semua sebenarnya ada hal yang patut kita teladani, dan hargai untuk belajar mengapa Negara Israel menjadi Makmur,  karena merekalah Bangsa Pilihan Allah, dan otaknya cerdas salah satunya dari Nutrisi makanannya ( lebih jauh baca http://fritsdimu.blogspot.com/) dan memiliki  teknologi tinggi (http://jakarta.mfa.gov.il/mfm/Web/) . Nah … Pada kesempatan awal ini saya akan beberkan teknologi pertanian Israel dibawah ini.


Bangsa Israel sebelum mengenal teknologi tinggi,  mereka sudah  membuat fondasi  yang kokoh dalam bidang pertanian. Puluhan tahun  yang lalu sebelum imigran Yahudi seluruh dunia kembali ke negeri Israel, tanah disana gersang dan delapan puluh lima persen (85 %) berupa gurun pasir yang kering, tanah subur hanya sebesar 15 % saja, sangat sedikit, karena curah hujan disana dalam setahun hanya 0.01 %  jadi sangat kecil kemungkinan jika mengandalkan tadahan air hujan, sehingga ketersediaan sumber daya air menjadi kendala utama disana, tetapi Puji Tuhan mereka berhasil mengatasinya. Caranya bagaimana ? .


Untuk merubah tanah kering, gersang  dan gurun pasir  yang susah air   tersebut,   salah satunya mereka membangun saluran-saluran   air dan pipa-pipa air  raksasa berpuluh kilo meter panjangnya dan mengambil air dari sungai-sungai  dan danau , salah satunya adalah Danau Tiberias,   kemudian air disedot ke tempat yang tinggi ,  pada puncak-puncak pengunungan  dibuat semacam dumb, bak air raksasa ditampung airnya disitu, kemudian mereka mengalirinya,   sebanyak 20 % untuk konsumsi perumahan dan Kota dan bahkan airnya  suci  hama sehingga langsung  dapat diminum  tanpa dimasak. Selanjutnya 80 % airnya dialiri ke sektor pertanian, kebanyakan di daerah  Gunung Negev yang gersang  dan selanjut dilahan pertanian tersebut, pipa-pipa tersebut dipecah-pecahkan menjadi pipa-pipa kecil  sampai pada tiap  akar tanaman dengan menggunakan teknologi system computers diatur waktu penyiraman  saat mana akar tanaman membutuhkan air (saya hanya membayangkan apa bisa ya.. teknologi ini diterapkan di NTT mengingat struktur tanah, iklim nya hampir sama).
Sehingga dengan demikian jika terjadi pemboikot dunia terhadap Negara Israel, tidak menjadi masalah karena Negara Israel  sangat mandiri dari sisi pangan, ekonomi dan teknologi ditengah 5 negara arab yang mengapitnya, Hampir mirip dengan  ide mengalirkan air dengan  membuat saluran besar ke Southern California di Amerika susah air tetapi  sejuk dari daerah sekitar nya, siapa tau insinyur perancangnya orang Yahudi yg sama juga, hebat kan…

Setelah masalah ketersediaan air dipecahkan,  dalam rangka   mempertahankan system pertanian modern yang terus berlanjut, maka mereka   membentuk komunitas-komunitas  pertanian yg dikenal dengan  istilah Kibutz.  Kibutz  dirancang dengan baik, dimana terdapat  jobdescriptions / pembagian  tugas yang jelas,  penentuan benih tanaman  yang akan ditanam ,pembagian area lokasi,  pembagian tempat pertanian, tempat tinggal, pasar dan tempat umum lainnya sampai pada model pendidikan untuk anak-anak   mereka.


Hampir sama dengan konsep  system Subak di Bali dan  system  Nagari di ranah minang  yang mana ada  pembagian wilayah pertanian dan sosial budaya. Kalau di Nagari  ada lokasi tempat tinggal, ada surau, ada kolam air sebagai sumber air,  pasar, kuburan, tanah  lapang untuk  acara tertentu, balai adat dan lain-lain.  

Jadi  Kibutz, bukan saja mengenai pertanian tetapi juga mereka mengembangkan metode pendidikan  baik untuk pertanian (primer)  juga pendidikan umum lainnya pada komunitas dari tingkat TK sampai SMA, mereka belajar di tempat khusus (sekolah bersama ) dan mendapatkan pelajaran-pelajaran dasar ketika orang tua mereka bekerja di daerah pertanian .  setelah tamat SMA   anak-anak  petani diberikan keterampilan khusus yg sesuai dg keahlian pertanian yg dibutuhkan, sehingga setelah lepas masa pendidikan mereka telah siap membantu orang tuanya mengembangkan usaha pertanian.

Jadi tidak repot lagi, tenaga ahli pertanian yang muda, produktif  dan fress sudah tersedia, mereka terus mengembangkan teknologi pertanian yang  telah dikembangkan orang tua mereka.  Bagaimana jika dibandingkan dengan Indonesia, pendidikan Indonesia, misalnya seorang  anak petani telah  Sarjana,  ketika ditanya apakah mau bekerja di Desanya atau di Kota, pasti memilih di Kota ? apa sebabnya, karena di sekolah mendapatkan pelajaran yang  tidak sejalan dengan  kegiatan pertanian,  mereka malah diajari ilmu-ilmu  dan keterampilan yang  jauh dari dunia sehari hari mereka, sehingga mereka terasing sendiri dg lingkungan asalnya,setelah lulus sekolah tak mau turun ke sawah atau ladang , tapi pergi mencari kerja ke kota , karena itu tidak heran pertanian di tempat kita tidak mendapat kemajuan berarti  dari sisi teknologi dan bisnis.
Jadi bagaimana menurut pendapat Anda ? berikan komentar dibawah ini !!..


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah, hebat betul si Israel itu. Orangnya cukup tangguh, ccckk,cckkccck.