Heptapegon
Di zaman kuno, tempat yang kini dikenal sebagai Tabgha, dulu bernama Heptapegon, artinya Tujuh Mata Air. Menurut tradisi Kristen yang amat tua, wilayah di sekitar Tabgha paling disukai oleh Yesus. Gema tradisi ini dapat ditemukan dalam sebuah dokumen yang dikenal sebagai Catatan perjalanan Eteria yang berziarah ke Tanah Suci pada tahun 393-396. Eteria bercerita bahwa tidak jauh dari Kapernaum dapat dilihat tangga batu yang pernah diinjak oleh Tuhan Yesus. Di situ terdapat pula padang rumput dengan banyak pohon palem.
Di dekatnya ada tujuh mata air, yang berlimpah-limpah airnya. Di padang rumput itulah Yesus mengenyangkan khalayak dengan lima roti dan dua ikan. Cadas, tempat Tuhan menaruh roti itu, telah diubah menjadi altar. Dekat tembok gereja ada sebuah jalan; di jalan itulah Matius duduk sebagai pemungut cukai. Di bukit yang berdekatan ada sebuah gua. Di atas gua itu Tuhan menyampaikan sabda-sabda bahagia.
Gereja Penggandaan Roti
Sesuai dengan laporan Eteria, Yesus memang menggandakan roti dan ikan di tempat yang kini disebut Tabgha. Hal ini terbukti dari penggalian arkeologis yang dilakukan di situ. Peristiwa penggandaan roti ajaib itu dilestarikan dengan didirikannya sebuah gereja pada awal abad IV. Tetapi karena gereja pertama itu hancur akibat gempa bumi dahsyat pada tahun 419, maka pada pertengahan abad V dibangunlah gereja kedua dalam bentuk basilika. Diketahui bahwa gereja kedua itu panjangnya 30 m dan lebarnya 20 m. Gereja itu dihiasi dengan mosaik-mosaik yang indah hasil karya seorang seniman dari Mesir.
Di zaman kuno, tempat yang kini dikenal sebagai Tabgha, dulu bernama Heptapegon, artinya Tujuh Mata Air. Menurut tradisi Kristen yang amat tua, wilayah di sekitar Tabgha paling disukai oleh Yesus. Gema tradisi ini dapat ditemukan dalam sebuah dokumen yang dikenal sebagai Catatan perjalanan Eteria yang berziarah ke Tanah Suci pada tahun 393-396. Eteria bercerita bahwa tidak jauh dari Kapernaum dapat dilihat tangga batu yang pernah diinjak oleh Tuhan Yesus. Di situ terdapat pula padang rumput dengan banyak pohon palem.
Di dekatnya ada tujuh mata air, yang berlimpah-limpah airnya. Di padang rumput itulah Yesus mengenyangkan khalayak dengan lima roti dan dua ikan. Cadas, tempat Tuhan menaruh roti itu, telah diubah menjadi altar. Dekat tembok gereja ada sebuah jalan; di jalan itulah Matius duduk sebagai pemungut cukai. Di bukit yang berdekatan ada sebuah gua. Di atas gua itu Tuhan menyampaikan sabda-sabda bahagia.
Gereja Penggandaan Roti
Sesuai dengan laporan Eteria, Yesus memang menggandakan roti dan ikan di tempat yang kini disebut Tabgha. Hal ini terbukti dari penggalian arkeologis yang dilakukan di situ. Peristiwa penggandaan roti ajaib itu dilestarikan dengan didirikannya sebuah gereja pada awal abad IV. Tetapi karena gereja pertama itu hancur akibat gempa bumi dahsyat pada tahun 419, maka pada pertengahan abad V dibangunlah gereja kedua dalam bentuk basilika. Diketahui bahwa gereja kedua itu panjangnya 30 m dan lebarnya 20 m. Gereja itu dihiasi dengan mosaik-mosaik yang indah hasil karya seorang seniman dari Mesir.
Burung yang digambarkan pada mosaik itu melambangkan manusia, ular melambangkan setan, sedangkan burung flamingo melambangkan Kristus. Mosaik yang mengabadikan penggandaan roti ( bakul berisi roti dan ikan ), dapat disaksikan di depan altar; dibuat pada abad V atau VI. Gereja yang ada sekarang, dibangun atas fundamen konstruksi dari zaman Bizantium. Gereja ini maupun biara di sampingnya diurus oleh para biarawan OSB ( St. Benediktus ) dari Jerman. Seluruh kompleks ini dibangun berkat sumbangan umat Katolik Jerman.
Gereja Primat Petrus
Di pinggir Danau Tiberias, tidak jauh dari Gereja Penggandaan Roti, terdapat sebuah gerja mungil namun sangat mengesankan yang terletak di atas sebuah tanjung cadas. Gereja ini milik para biarawan OFM, dan dikenal sebagai Gereja Primat Petrus atau juga sebagai Gereja Penampakan Tuhan yang Telah Bangkit. Disebut Gereja Penampakan Tuhan, sebab konon di tempat inilah Yesus yang sudah bangkit menampakkan dirinya kepada tujuh rasul yang sepanjang malam tidak berhasil menangkap ikan, namun atas perintah Yesus menangkap 153 ekor ikan. Sesudahnya Yesus mengadakan sarapan bersama para rasulnya. Kisahnya dapat dibaca dalam Injil Yohanes (21:1-14). Gereja ini disebut pula sebagai Gereja Primat Petrus, sebab sehabis sarapan, Yesus sebanyak tiga kali bertanya kepada Petrus, apakah ia mengasihinya.
Gereja Primat Petrus
Di pinggir Danau Tiberias, tidak jauh dari Gereja Penggandaan Roti, terdapat sebuah gerja mungil namun sangat mengesankan yang terletak di atas sebuah tanjung cadas. Gereja ini milik para biarawan OFM, dan dikenal sebagai Gereja Primat Petrus atau juga sebagai Gereja Penampakan Tuhan yang Telah Bangkit. Disebut Gereja Penampakan Tuhan, sebab konon di tempat inilah Yesus yang sudah bangkit menampakkan dirinya kepada tujuh rasul yang sepanjang malam tidak berhasil menangkap ikan, namun atas perintah Yesus menangkap 153 ekor ikan. Sesudahnya Yesus mengadakan sarapan bersama para rasulnya. Kisahnya dapat dibaca dalam Injil Yohanes (21:1-14). Gereja ini disebut pula sebagai Gereja Primat Petrus, sebab sehabis sarapan, Yesus sebanyak tiga kali bertanya kepada Petrus, apakah ia mengasihinya.
Setelah Petrus berkata, “Tuhan, Tuhan tahu segala-galanya, Tuhan tahu saya mencintai Tuhan” (Yoh 21:17), setelah itu Yesus mempercayakan kepadanya tugas memimpin Gereja kepada Petrus, sambil berkata, “Gembalakanlah dombadombaKu". Kata primat adalah singkatan kata latin primatus yang searti dengan kedudukan utama / tertinggi, kekuasaan. Di dalam gereja yang mengabadikan peristiwa ini terdapat cadas di lantai yang dinamakan Mensa Christi (=meja Kristus), karena di situlah Yesus duduk makan ikan bersama para rasulNya. Gereja yang sekarang berdiri di tempat ini didirikan pada tahun 1934 di atas reruntuhan beberapa gereja sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar